Pada tahun kesepuluh kenabian, Rasulullah SAW menghadapi periode paling berat dalam hidupnya yang dikenal sebagai ‘Amul Huzn’ atau Tahun Kesedihan. Dalam waktu yang berdekatan, beliau kehilangan dua sosok penyokong utamanya: sang istri tercinta, Khadijah RA, yang menjadi sumber ketenangan dan kekuatan finansial, serta sang paman, Abu Thalib, yang menjadi benteng perlindungan dari kaum Quraisy. Di tengah duka yang mendalam dan tekanan dakwah yang semakin hebat, Allah SWT memberikan sebuah anugerah luar biasa, sebuah perjalanan agung yang melampaui batas ruang dan waktu untuk menghibur, menguatkan, dan memuliakan hamba-Nya yang paling tercinta. Perjalanan inilah yang kemudian terukir abadi dalam sejarah sebagai salah satu mukjizat terbesar.
7 Hikmah Agung di Balik Peristiwa Isra dan Mi’raj yang Menggetarkan Jiwa
Peristiwa Isra dan Mi’raj bukanlah sekadar perjalanan fisik, melainkan sebuah peristiwa spiritual multidimensi yang sarat dengan pelajaran dan rahasia ilahi. Ia merupakan titik balik dalam sejarah risalah Islam, di mana Nabi Muhammad SAW diangkat ke tempat tertinggi untuk menerima perintah agung yang kini menjadi tiang utama ibadah umat Muslim di seluruh dunia. Bagi kamu yang ingin memahami lebih dalam, perjalanan ini menawarkan lautan hikmah yang tak pernah kering untuk diselami. Artikel ini akan mengajakmu menyelami makna dan hikmah mendalam di balik perjalanan suci yang telah mengubah wajah peradaban manusia selamanya.
Membelah Malam: Dua Fase Perjalanan Suci
Perjalanan menakjubkan ini terjadi dalam satu malam dan terbagi menjadi dua fase utama yang berbeda namun saling terhubung. Keduanya menunjukkan kebesaran Allah yang tak terbatas.
1. Isra: Perjalanan Horizontal dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa
Fase pertama adalah Isra, yang secara harfiah berarti “perjalanan malam”. Atas perintah Allah, Malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW dan membawakan Buraq, seekor hewan tunggangan surga yang digambarkan lebih kecil dari kuda namun lebih besar dari keledai, dengan kecepatan langkah sejauh mata memandang. Bersama Jibril, Rasulullah SAW menempuh perjalanan horizontal dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Perjalanan yang normalnya memakan waktu lebih dari sebulan dengan unta ini ditempuh hanya dalam sekejap malam. Di Masjidil Aqsa, beliau mengimami shalat para nabi dan rasul terdahulu, sebuah penegasan simbolis bahwa risalah yang dibawanya adalah penyempurna ajaran tauhid sebelumnya.
2. Mi’raj: Perjalanan Vertikal Menuju Sidratul Muntaha
Setelah dari Masjidil Aqsa, dimulailah fase kedua, yaitu Mi’raj, yang berarti “naik ke atas”. Dari kompleks Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW bersama Jibril naik menembus tujuh lapis langit. Di setiap tingkatan langit, beliau disambut oleh para nabi terdahulu, mulai dari Nabi Adam AS di langit pertama, Nabi Isa AS dan Yahya AS di langit kedua, hingga Nabi Ibrahim AS di langit ketujuh yang sedang bersandar di Baitul Ma’mur. Perjalanan ini mencapai puncaknya di Sidratul Muntaha, sebuah tempat di titik tertinggi yang bahkan Malaikat Jibril pun tidak dapat melewatinya. Di sinilah Rasulullah SAW mendapatkan kehormatan untuk menghadap langsung ke hadirat Allah SWT tanpa perantara.
Peristiwa Isra dan Mi’raj
Puncak dari keseluruhan Peristiwa Isra dan Mi’raj adalah dialog agung antara Sang Pencipta dengan hamba-Nya yang paling mulia. Di sinilah perintah ibadah yang paling fundamental bagi umat Islam diturunkan secara langsung. Awalnya, Allah SWT memerintahkan umat Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan shalat sebanyak 50 waktu dalam sehari semalam. Setelah menerima perintah tersebut, dalam perjalanan turunnya, beliau bertemu kembali dengan Nabi Musa AS. Nabi Musa kemudian menyarankan agar beliau meminta keringanan kepada Allah, karena umatnya tidak akan sanggup melaksanakannya.
Atas saran tersebut, Rasulullah SAW berulang kali kembali menghadap Allah untuk memohon keringanan. Setiap kali beliau kembali, Allah mengurangi jumlahnya, hingga akhirnya perintah tersebut ditetapkan menjadi lima waktu shalat fardhu. Meskipun jumlahnya hanya lima, Allah dengan kemurahan-Nya menjanjikan bahwa pahalanya setara dengan 50 waktu. Dialog dan “negosiasi” ilahi ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya dan betapa pentingnya kedudukan shalat sebagai hadiah langsung dari langit.
7 Hikmah Agung yang Bisa Kamu Petik dari Perjalanan Ini
Setiap detail dari perjalanan luar biasa ini mengandung pelajaran berharga yang relevan hingga akhir zaman. Berikut adalah beberapa di antaranya.
1. Kemuliaan Shalat sebagai Tiang Agama
Hikmah terbesar adalah diturunkannya perintah shalat. Berbeda dengan ibadah lain yang diwahyukan melalui Jibril di bumi, perintah shalat diberikan secara langsung di Sidratul Muntaha. Hal ini menunjukkan kedudukan shalat yang sangat istimewa sebagai “Mi’raj” atau cara seorang mukmin untuk “naik” dan berkomunikasi langsung dengan Rabb-nya.
2. Hiburan dan Peneguhan Hati di Saat Tersulit
Perjalanan ini adalah hiburan langsung dari Allah untuk Nabi SAW setelah melewati Tahun Kesedihan. Ini adalah pesan ilahi bahwa setelah setiap kesulitan, pasti ada kemudahan dan kemuliaan yang menanti bagi orang-orang yang sabar dan teguh di jalan-Nya.
3. Pembuktian Kebesaran Allah yang Melampaui Akal
Isra dan Mi’raj adalah mukjizat yang secara total menentang hukum fisika dan logika manusia. Peristiwa ini menjadi bukti nyata bahwa kekuasaan Allah tidak terbatas oleh dimensi ruang dan waktu yang kita kenal, serta memperkuat keyakinan pada hal-hal gaib.
4. Pentingnya Masjidil Aqsa bagi Umat Islam
Dipilihnya Masjidil Aqsa sebagai titik singgah sebelum Mi’raj mengukuhkan statusnya sebagai salah satu dari tiga masjid suci dalam Islam. Peristiwa ini mengikat secara spiritual antara Ka’bah di Makkah dengan Masjidil Aqsa di Palestina, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari akidah umat Islam.
5. Pertemuan dengan Para Nabi Terdahulu
Pertemuan Rasulullah SAW dengan para nabi di setiap lapisan langit menunjukkan kesinambungan ajaran tauhid yang dibawa oleh seluruh utusan Allah. Ini mengukuhkan posisi beliau sebagai penutup para nabi dan penyempurna risalah ilahi.
6. Ujian Keimanan bagi Para Sahabat
Keesokan harinya, ketika Nabi menceritakan pengalamannya, banyak kaum Quraisy yang mencemooh. Namun, bagi orang-orang beriman, ini menjadi ujian. Abu Bakar RA, tanpa ragu sedikit pun, langsung membenarkan cerita tersebut, yang membuatnya mendapatkan gelar “Ash-Siddiq” (Yang Amat Membenarkan). Ini mengajarkan kita tentang pentingnya keyakinan total kepada Rasulullah.
7. Gambaran Sekilas Surga dan Neraka
Dalam perjalanannya, Nabi Muhammad SAW diperlihatkan sekilas tentang gambaran surga dengan segala kenikmatannya dan neraka dengan segala siksaannya. Penglihatan ini berfungsi sebagai pengingat dan motivasi bagi umatnya untuk senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi kemaksiatan.
Menapaki Jejak Perjalanan Suci: Sebuah Impian Spiritual
Membaca dan merenungkan kisah Isra Mi’raj tentu membangkitkan kerinduan di dalam hati setiap Muslim. Kerinduan untuk bisa sujud di Masjidil Haram dan menapaki jejak suci di Masjidil Aqsa, dua titik penting dalam perjalanan agung ini. Mewujudkan perjalanan ke dua tanah suci ini, menapaki jejak di mana Buraq pernah berpijak, adalah impian yang menggetarkan. Tentu saja, perjalanan semacam ini membutuhkan perencanaan yang cermat dan panduan yang memahami signifikansi setiap jengkalnya. Biro perjalanan seperti Al Khair Tour and Travel sering menjadi pilihan bagi mereka yang ingin merasakan pengalaman umrah plus Aqsa, memastikan perjalanan spiritual ini berjalan khidmat, aman, dan penuh dengan perenungan mendalam.
Sebagai kesimpulan, Peristiwa Isra dan Mi’raj adalah anugerah agung yang mengandung spektrum pelajaran yang sangat luas. Ia bukan hanya cerita pengantar tidur, melainkan sebuah manifesto tentang kebesaran Allah, kemuliaan Nabi Muhammad SAW, dan pentingnya ibadah shalat sebagai penghubung utama antara hamba dengan Tuhannya. Semoga dengan memahami lebih dalam makna di balik Peristiwa Isra dan Mi’raj, kita semua dapat mengambil hikmahnya, terutama dalam menjaga shalat dan meneladani keteguhan iman Rasulullah SAW dalam setiap aspek kehidupan kita.