Semenanjung Sinai di Mesir bukanlah sekadar gurun pasir biasa. Faktanya, wilayah ini adalah salah satu panggung paling sakral dalam sejarah spiritual manusia. Data pariwisata Mesir, kini dalam masa pemulihan per Oktober 2025, secara konsisten menunjukkan sebuah tren. Kawasan Biara St. Catherine dan gunung sekitarnya selalu menarik ratusan ribu peziarah setiap tahun. Mereka semua datang dari berbagai penjuru dunia bukan untuk kemewahan, melainkan untuk menapaki jejak para nabi. Di jantung semenanjung ini, berdiri kokoh puncak setinggi 2.285 meter yang namanya menggetarkan hati: Bukit Tursina. Ini bukan sekadar formasi geologis, tetapi juga sebuah monumen abadi tempat Tuhan berbicara langsung kepada Nabi Musa AS.
Perjalanan menuju puncak suci ini lebih dari sekadar wisata petualangan. Sebaliknya, ini adalah ziarah batin yang menuntut persiapan fisik, mental, dan spiritual. Banyak orang mungkin tahu kisah Nabi Musa menerima wahyu di sini. Namun, sedikit yang memahami pengalaman transformatif selama pendakian itu sendiri. Oleh karena itu, pengalaman ini harus dipandu oleh mereka yang benar-benar mengerti. Biro perjalanan ahli seperti Al Khair Tour and Travel, misalnya, tidak hanya mengatur logistik. Lebih dari itu, mereka bertindak sebagai fasilitator untuk memastikan setiap langkahmu menjadi ibadah yang penuh makna. Dengan demikian, pendakian yang berat dapat diubah menjadi kenangan spiritual seumur hidup.
Mengapa Bukit Tursina Disebut Gunung Suci Para Nabi?
Bukit Tursina atau Jabal Musa memegang posisi istimewa dalam tiga agama Samawi. Dalam Al-Qur’an, namanya bahkan disebut dalam Surat At-Tin. Di sana, Allah SWT bersumpah demi “Bukit Sinai (Tursina)”, yang menandakan kemuliaan tempat ini. Khususnya bagi umat Islam, ini adalah miqat tempat Nabi Musa AS berbicara langsung dengan Allah. Di sinilah beliau menerima Lauh Mahfuz, atau lempengan berisi Sepuluh Perintah Tuhan. Karena peristiwa agung inilah, Bukit Tursina menjadi simbol turunnya petunjuk ilahi. Sementara itu, bagi umat Kristiani dan Yahudi, tempat ini juga sama sakralnya. Di kaki gunung terdapat Biara St. Catherine, lokasi Kapel Semak Berapi. Konon, di situlah Tuhan pertama kali memanggil Musa. Statusnya sebagai gunung suci bersama menjadikannya destinasi ziarah lintas iman yang unik.
7 Pengalaman Mendalam Saat Menaklukkan Puncak Bukit Tursina
Mendaki Bukit Tursina bukanlah tentang menaklukkan sebuah puncak. Pada intinya, ini adalah tentang menaklukkan ego dan membuka hati untuk menerima pesan spiritual. Perjalanan ini dirancang sebagai sebuah refleksi panjang yang puncaknya adalah penyaksian keagungan ciptaan-Nya.
1. Perjalanan Malam Hari: Mendaki dalam Sunyi dan Doa
Pendakian biasanya dimulai sekitar tengah malam. Keputusan ini bukan tanpa alasan. Mendaki dalam kegelapan, di bawah jutaan bintang, akan memaksamu untuk lebih fokus ke dalam. Akibatnya, suara yang terdengar hanyalah deru angin dan detak jantungmu sendiri. Momen ini adalah kesempatan emas untuk berzikir dan merenungkan hidup. Kegelapan fisik di luar justru membantu menyalakan cahaya spiritual di dalam diri.
2. Dua Jalur Pendakian: Memilih Jalan Taubat atau Jalan Unta
Ada dua jalur utama menuju puncak. Pertama, jalur Siket El Bashait yang landai dan bisa dilalui unta hingga titik tertentu. Jalur ini lebih panjang namun lebih ringan. Kedua, jalur Siket Syidna Musa atau “Jalan Taubat Nabi Musa” yang terdiri dari 3.750 anak tangga batu. Jalur ini jauh lebih curam, namun diyakini sebagai jalur yang sama yang dilalui Nabi Musa. Umumnya, peziarah memilih naik melalui jalur unta dan turun melalui tangga taubat sebagai simbol perjalanan spiritual.
3. Menyaksikan Matahari Terbit Ajaib (The Golden Hour)
Inilah puncak dari segala penat dan lelah. Setelah berjam-jam mendaki, kamu akan tiba di puncak tepat sebelum fajar. Kemudian, garis cakrawala mulai memerah, dan bola matahari keemasan muncul dari balik barisan pegunungan granit yang megah. Pemandangan ini sungguh spektakuler. Saat cahaya pertama menyinari lembah, kamu akan merasakan keagungan Tuhan yang luar biasa.
4. Mengunjungi Kapel Tritunggal Kudus dan Masjid Kecil di Puncak
Di puncak Bukit Tursina, berdiri berdampingan sebuah kapel Ortodoks Yunani dan sebuah masjid kecil. Keberadaan dua rumah ibadah di titik tersuci ini adalah simbol kuat dari perdamaian. Artinya, ini mengajarkan kita bahwa meski jalan kita berbeda, kita semua sedang mendaki menuju Tuhan yang satu. Ini adalah pelajaran toleransi yang sangat mendalam di salah satu tempat paling bersejarah di dunia.
5. Turun Menuju Biara St. Catherine: Perpustakaan Kuno Dunia
Setelah turun dari puncak, perjalanan spiritualmu belum berakhir. Selanjutnya, di kaki gunung, kamu akan mengunjungi Biara St. Catherine. Tempat ini adalah salah satu biara Kristen tertua di dunia yang masih aktif sejak abad ke-6. Di sinilah kamu bisa melihat lokasi asli Semak Berapi yang legendaris. Selain itu, biara ini menyimpan koleksi manuskrip kuno terbesar kedua di dunia, setelah Vatikan.
6. Bimbingan dari Pemandu Lokal Suku Badui
Pendakian ini tidak mungkin dilakukan tanpa bantuan pemandu dari suku Badui setempat. Mereka telah menjadi penjaga gunung ini selama berabad-abad. Mereka tidak hanya tahu setiap jengkal jalan, tetapi juga membawa kearifan lokal. Biro perjalanan andal seperti Al Khair Tour and Travel selalu bekerja sama dengan pemandu-pemandu Badui terbaik. Tujuannya, untuk memastikan keselamatanmu sekaligus memberikan pengalaman otentik.
7. Refleksi Diri: Menemukan “Lauh Mahfuz” dalam Hati
Pada akhirnya, pelajaran terbesar dari pendakian ini bersifat personal. Sama seperti Nabi Musa yang menerima lempengan petunjuk, setiap peziarah seringkali merasa menerima “petunjuk” versinya sendiri. Entah itu berupa resolusi baru atau sekadar rasa damai yang mendalam. Kamu turun gunung bukan lagi sebagai orang yang sama saat kamu memulai pendakian.
Pendakian Bukit Tursina jelas bukan wisata petualangan biasa. Pada hakikatnya, ini adalah ziarah yang menuntut persiapan fisik dan mental. Itulah sebabnya, memilih mitra perjalanan yang tepat menjadi sangat penting. Biro berpengalaman seperti Al Khair Tour and Travel akan memastikan setiap aspek perjalananmu terkelola. Mulai dari transportasi, akomodasi, hingga pemilihan pemandu andal, semuanya akan diurus dengan baik. Hasilnya, kamu bisa fokus sepenuhnya pada tujuan utama, yaitu mencari pencerahan di salah satu tempat paling suci di muka bumi.