7 Keistimewaan Agung Batu Sakhrah: Pijakan Mi’raj Nabi di Jantung Al-Aqsa

Batu Sakhrah

Daftar isi

Data kunjungan dari UNESCO pada kuartal terakhir 2025 menunjukkan sebuah fakta yang menakjubkan. Di tengah berbagai dinamika global, kompleks Masjidil Aqsa tetap menjadi salah satu destinasi spiritual paling dirindukan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Tentu saja, setiap jemaah yang tiba di sana pasti akan terpukau oleh kemegahan Kubah Shakhrah (Dome of the Rock). Kubah emasnya yang ikonik memang memantulkan cahaya matahari dengan indahnya. Namun, di bawah kubah tersebut, terbaring sebuah entitas yang menjadi jantung dan saksi bisu dari peristiwa-peristiwa paling agung dalam sejarah para nabi.

Bagi banyak orang, nama batu sakhrah seringkali diselimuti oleh berbagai kisah. Kisah-kisah ini berkisar dari catatan sejarah otentik hingga mitos yang menyebar dari mulut ke mulut. Oleh karena itu, perjalanan untuk memahaminya adalah sebuah upaya untuk memurnikan kembali pengetahuan kita. Kita perlu memisahkan antara fakta yang menguatkan iman dengan cerita berlebihan yang justru bisa mengaburkannya.

Artikel ini akan menjadi panduanmu untuk menyelami lebih dalam kemuliaan batu cadas ini. Kami akan membawamu melintasi lorong waktu untuk mengungkap lapisan-lapisan sejarah dan makna spiritualnya. Tujuannya agar kamu tidak hanya sekadar tahu, tetapi benar-benar memahami mengapa batu ini begitu dihormati dan menjadi salah satu titik paling penting di muka bumi.

 

Membedah Kemuliaan Batu Sakhrah: Antara Sejarah, Iman, dan Mitos

Batu cadas tak beraturan ini terletak di titik tertinggi kompleks Al-Aqsa. Akan tetapi, ia bukanlah sekadar formasi geologis biasa. Sebaliknya, ia adalah panggung dari berbagai peristiwa besar dalam sejarah tiga agama samawi. Untuk memahaminya secara utuh, kita perlu melihatnya dari berbagai dimensi yang telah teruji oleh sejarah.

1. Pijakan Suci Peristiwa Isra Mi’raj

Inilah keistimewaan terbesar bagi umat Islam. Berdasarkan riwayat yang paling masyhur, di atas batu inilah Rasulullah Muhammad SAW berpijak. Momen ini terjadi tepat sebelum beliau memulai perjalanan Mi’raj untuk menerima perintah sholat lima waktu. Akibatnya, batu ini menjadi titik transisi antara perjalanan horizontal (Isra) dan perjalanan vertikal (Mi’raj). Ia adalah saksi bisu dari salah satu mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi akhir zaman.

2. Kiblat Pertama Umat Islam

Jauh sebelum Ka’bah ditetapkan sebagai kiblat permanen, Rasulullah SAW dan para sahabat sholat menghadap ke arah Baitul Maqdis. Titik pusat dari arah tersebut diyakini adalah lokasi di mana batu mulia ini berada. Selama kurang lebih 16 hingga 17 bulan setelah hijrah, umat Islam menyatukan hati mereka ke arah ini. Oleh karena itu, batu ini menjadi simbol penting dari fase awal pembentukan identitas spiritual umat Islam.

3. Pusat Berdirinya Haikal Sulaiman (Solomon’s Temple)

Jauh sebelum kedatangan Islam, lokasi ini memang sudah menjadi titik yang disucikan. Sejarah mencatat sebuah fakta penting. Ternyata, di atas atau di sekitar area batu inilah Nabi Daud AS berencana membangun kuil agung. Kemudian, putranya, Nabi Sulaiman AS, yang mewujudkan rencana tersebut. Bagi umat Yahudi dan Nasrani, ini adalah lokasi Holy of Holies, yaitu ruang paling suci. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT telah memuliakan lokasi ini jauh sebelum masa Rasulullah SAW.

4. Titik Ditiupnya Sangkakala di Hari Kiamat

Dalam beberapa riwayat eskatologi Islam, disebutkan sebuah peristiwa besar. Nantinya, Malaikat Israfil akan meniup sangkakala di hari kiamat dari atas batu ini. Meskipun riwayatnya tidak mencapai tingkat mutawatir, keyakinan ini tetap menambah dimensi spiritual yang mendalam. Tentu saja, ia menjadi pengingat akan kefanaan dunia dan kepastian datangnya hari akhir.

5. Mitos Batu Melayang (Penjelasan yang Meluruskan)

Salah satu kisah paling populer adalah mitos bahwa batu ini melayang di udara. Namun, ini adalah kesalahpahaman yang perlu diluruskan. Faktanya, di bawah batu cadas ini terdapat sebuah rongga atau gua kecil yang dikenal sebagai Bir al-Arwah (Sumur Jiwa). Adanya ruang kosong di bawahnya inilah yang menciptakan ilusi optik. Akibatnya, sebagian batu tersebut seolah-olah tidak menapak sempurna. Penting untuk dipahami, batu ini tidak melayang. Sebaliknya, ia tetap menapak kokoh di bumi sesuai sunnatullah.

6. Bukan Objek untuk Disembah atau Dikeramatkan Berlebihan

Ini adalah poin yang sangat krusial. Para ulama selalu menekankan bahwa Islam melarang keras pengkultusan berlebihan terhadap benda mati, termasuk Hajar Aswad apalagi batu sakhrah. Batu ini dihormati karena nilai sejarahnya, bukan karena zatnya memiliki kekuatan magis. Mencium, mengusap, atau memohon sesuatu kepadanya adalah perbuatan yang dilarang karena berpotensi menjerumuskan pada kesyirikan.

7. Jantung dari Bangunan Ikonik Kubah Shakhrah

Kubah emas yang megah itu ternyata dibangun secara spesifik untuk melindungi batu ini. Bangunan tersebut didirikan pada masa Kekhalifahan Umayyah oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Tujuannya bukan untuk menjadi masjid tempat sholat utama. Sebaliknya, ia dibangun sebagai sebuah monumen untuk menandai dan memuliakan lokasi pijakan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Tentu saja, membaca tentangnya saja sudah mampu menggetarkan jiwa. Namun, merasakan langsung atmosfer spiritualnya akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Karena itulah, perjalanan ziarah ke Baitul Maqdis menjadi impian banyak orang. Biro perjalanan yang berpengalaman seperti Al Khair Tour and Travel tidak hanya mengatur logistik. Lebih dari itu, mereka juga memastikan setiap jemaah mendapatkan pemahaman sejarah yang benar, memisahkan antara fakta dan mitos saat di lokasi.

Sebagai kesimpulan, kemuliaan batu sakhrah tidak terletak pada kemampuan magisnya. Sebaliknya, ia mulia karena perannya sebagai panggung sejarah para nabi. Ia adalah pengingat abadi akan kesinambungan risalah tauhid dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW, sebuah monumen iman yang berdiri kokoh di jantung kota suci Yerusalem.

Bagikan

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
X
Threads
Email

Artikel Terkait