Bukan Dibangun Umayyah: Mengungkap Asal Usul Al Aqsa Sejak Zaman Para Nabi

brown mosque at daytime

Daftar isi

Saat kita menatap gambar kompleks Al-Haram asy-Syarif yang megah di Yerusalem, pertanyaan yang sering muncul adalah: “Siapakah yang pertama kali membangun Masjid Al-Aqsa?” Banyak orang mungkin akan menjawab Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Umayyah, merujuk pada Kubah Batu yang ikonik dan bangunan Masjid Al-Aqsa (Masjid Qibli) yang megah. Jawaban itu tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar.

Dinasti Umayyah memang membangun struktur-struktur agung yang kita lihat hari ini. Akan tetapi, untuk memahami asal usul Al Aqsa yang sesungguhnya, kita harus melakukan perjalanan waktu ribuan tahun ke belakang, jauh sebelum era Islam dimulai. Sebab, kesucian Al-Aqsa tidak berasal dari bangunannya, melainkan dari tanahnya yang telah diberkahi sejak zaman nabi-nabi pertama.

Artikel ini akan mengupas tuntas lapisan-lapisan sejarah tersebut. Pertama-tama, kita akan meluruskan perbedaan mendasar antara “Masjid Al-Aqsa” sebagai keseluruhan kompleks dan sebagai bangunan spesifik, lalu menelusuri jejak pendiriannya dari masa ke masa.

 

Penting: Membedakan Antara Kompleks dan Bangunan

Sebelum melangkah lebih jauh, ada satu hal krusial yang harus dipahami. Istilah “Masjid Al-Aqsa” memiliki dua makna:

  1. Makna Luas (Al-Haram asy-Syarif): Ini merujuk pada keseluruhan area suci seluas 144.000 meter persegi yang dikelilingi tembok. Area ini mencakup Kubah Batu (Dome of the Rock), Masjid Qibli, Mushalla Al-Marwani, dan ratusan monumen lainnya. Inilah makna “Al-Masjid al-Aqsa” yang disebut dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra’.
  2. Makna Sempit (Masjid Qibli): Ini merujuk pada satu bangunan spesifik dengan kubah berwarna perak keabu-abuan yang terletak di sisi selatan (arah Kiblat) kompleks.

Jadi, ketika kita membahas asal usul Al Aqsa, kita merujuk pada kesucian keseluruhan kompleks tersebut, bukan hanya pada satu bangunan.

“Masjid Kedua di Muka Bumi”: Fondasi Sejak Zaman Awal

 

Kesucian Al-Aqsa berakar pada masa paling awal sejarah manusia, menjadikannya salah satu tempat ibadah tertua di dunia.

Hadis Riwayat Abu Dzar

Sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari menjadi landasan utama. Sahabat Abu Dzar Al-Ghifari RA bertanya kepada Rasulullah SAW:

“Wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali dibangun di muka bumi?” Beliau menjawab, “Masjidil Haram (di Mekkah).” Abu Dzar bertanya lagi, “Kemudian mana?” Beliau menjawab, “Masjidil Aqsa.” Abu Dzar bertanya lagi, “Berapa jarak (waktu pembangunan) antara keduanya?” Beliau menjawab, “Empat puluh tahun.” (HR. Bukhari)

Hadis ini secara tegas menyatakan bahwa Al-Aqsa adalah rumah ibadah kedua yang didirikan di bumi. Para ulama menafsirkan bahwa yang mendirikannya pertama kali adalah Nabi Adam AS atau salah satu putranya, atas perintah Allah SWT.

Jejak Nabi Ibrahim AS

Kesucian tanah ini dilanjutkan oleh Bapak Para Nabi, Ibrahim AS. Setelah hijrah dari Mesopotamia, beliau tinggal di tanah Kan’an (Palestina) dan sering beribadah di lokasi Al-Aqsa. Kehadiran dan doa-doa beliau semakin menambah keberkahan tempat ini.

 

Era Pembangunan Agung: Jejak Nabi Dawud dan Sulaiman AS

Setelah masa Nabi Adam dan Ibrahim, bangunan di kompleks Al-Aqsa mungkin telah usang atau hancur seiring waktu. Kemudian, Allah SWT memerintahkan pembangunan kembali sebuah rumah ibadah yang megah di lokasi tersebut.

Dimulai oleh Nabi Dawud AS

Nabi Dawud AS, yang diberikan kerajaan di Yerusalem, memulai proyek monumental ini. Beliau meletakkan fondasi dan memulai pembangunan sebuah Baitul Maqdis (Rumah Suci) yang besar.

Disempurnakan oleh Nabi Sulaiman AS

Proyek pembangunan agung ini kemudian diselesaikan oleh putra Nabi Dawud, yaitu Nabi Sulaiman AS. Diberkahi dengan mukjizat menundukkan jin dan sumber daya yang melimpah, Nabi Sulaiman membangun sebuah kuil atau masjid yang luar biasa megah dan indah, yang tidak ada tandingannya pada masa itu. Inilah bangunan suci yang juga dihormati dalam tradisi Yahudi sebagai Kuil Sulaiman (Solomon’s Temple).

 

Dari Reruntuhan Menjadi Pusat Ibadah: Peran Umar bin Khattab RA

Bangunan megah peninggalan Nabi Sulaiman AS kemudian hancur lebur akibat invasi bangsa Babilonia dan kemudian Romawi. Selama ratusan tahun, area Al-Haram asy-Syarif menjadi tempat yang terabaikan dan bahkan dijadikan tempat pembuangan sampah oleh Romawi untuk menghina kaum Yahudi.

Penaklukan dan Pemuliaan oleh Sang Khalifah

Pada tahun 637 M, Khalifah Umar bin Khattab RA memasuki Yerusalem dengan damai. Beliau terkejut melihat kondisi area suci yang terbengkalai. Dengan penuh kerendahan hati, beliau memimpin para sahabat untuk membersihkan seluruh area tersebut dengan tangan mereka sendiri.

Masjid Kayu Sederhana

Setelah area tersebut bersih, Khalifah Umar bertanya kepada Ka’ab Al-Ahbar (seorang mantan rabi Yahudi yang masuk Islam) di mana tempat terbaik untuk mendirikan masjid. Setelah berdiskusi, Umar memutuskan untuk membangunnya di sisi paling selatan kompleks. Tujuannya agar saat shalat, jamaah menghadap Ka’bah di Mekkah, dengan seluruh kompleks suci Al-Aqsa berada di hadapan mereka. Di sanalah beliau mendirikan sebuah masjid kayu yang sederhana, yang dapat menampung sekitar 3.000 jamaah. Inilah bangunan masjid fisik pertama yang didirikan oleh umat Islam di Al-Aqsa.

 

Puncak Arsitektur Islam: Mahakarya Dinasti Umayyah

Kini kita sampai pada peran Dinasti Umayyah. Peran mereka bukanlah sebagai pendiri pertama, melainkan sebagai pembangun dan pemulia yang mengangkat citra Al-Aqsa ke level kemegahan arsitektur yang baru.

  • Kubah Batu (Dome of the Rock): Dibangun oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan (selesai 691 M), bangunan segi delapan dengan kubah emas ini didirikan sebagai monumen untuk melindungi Batu Mu’allaq, tempat pijakan Rasulullah saat Mi’raj. Tujuannya adalah untuk menunjukkan keagungan Islam, menyaingi kemegahan gereja-gereja Kristen di Yerusalem.
  • Masjid Al-Aqsa (Masjid Qibli): Di lokasi masjid kayu peninggalan Umar RA, putra Abdul Malik, Khalifah Al-Walid I, membangun sebuah masjid permanen yang jauh lebih besar dan megah. Inilah bangunan dengan kubah perak yang kini dikenal luas sebagai “Masjid Al-Aqsa”.

 

Memahami Sejarah di Lapangan Bersama Al Khair Tour and Travel

Memahami semua lapisan sejarah ini dari tulisan saja bisa membingungkan. Namun, bayangkan Anda berdiri langsung di pelataran Al-Haram asy-Syarif, sementara seorang pemandu ahli menunjuk dan menjelaskan setiap bagiannya.

Inilah pengalaman yang ditawarkan oleh Al Khair Tour and Travel Biro Perjalanan. Kami tidak hanya mengantar Anda ke sebuah lokasi, kami membantu Anda membaca “kitab sejarah” yang tertulis di setiap batunya.

Dalam Paket Trip Perjalanan Bumi Para Nabi, pemandu (mutawwif) kami yang berwawasan akan:

  • Menjelaskan perbedaan antara seluruh kompleks (yang kesuciannya berasal dari Nabi Adam) dan bangunan-bangunan spesifik di dalamnya.
  • Menunjukkan titik di mana Khalifah Umar pertama kali mendirikan masjid kayu sederhana.
  • Menceritakan kisah pembangunan Kubah Batu dan Masjid Qibli oleh Dinasti Umayyah sebagai proyek pemuliaan, bukan pendirian.

Perjalanan bersama kami adalah sebuah studi lapangan yang akan memberikan Anda pemahaman yang utuh dan benar mengenai asal usul Al Aqsa.

 

Kesimpulan: Warisan Suci Lintas Zaman

Jadi, siapa yang pertama kali membangun Al-Aqsa? Jawabannya adalah Nabi Adam AS atau keturunannya, 40 tahun setelah Ka’bah. Kemudian, ia dibangun kembali dan dimuliakan oleh Nabi Ibrahim, Dawud, dan Sulaiman. Lalu, dihidupkan kembali sebagai pusat ibadah Islam oleh Khalifah Umar bin Khattab, dan akhirnya diperindah menjadi mahakarya arsitektur oleh Dinasti Umayyah.

Asal usul Al Aqsa adalah warisan suci yang dititipkan dari satu nabi ke nabi berikutnya, dan dari satu generasi Muslim ke generasi berikutnya. Memahami sejarahnya yang panjang dan agung akan semakin memperdalam rasa cinta dan kerinduan kita pada tanah suci yang diberkahi ini. Mari saksikan dan resapi sendiri lapisan-lapisan sejarah ini dalam sebuah perjalanan ziarah yang tak terlupakan bersama Al Khair Tour and Travel.

Bagikan

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
X
Threads
Email

Artikel Terkait