Data terbaru dari Komisi Kerajaan untuk Al Ula (RCU) menunjukkan sebuah transformasi yang luar biasa. Sepanjang tahun 2025, kawasan ini telah menarik ratusan ribu wisatawan global. Bahkan, selebriti dan tokoh dunia pun turut berkunjung. Resor-resor mewah kini bermunculan di antara lembah gurun pasir. Selain itu, Maraya Concert Hall yang berlapis cermin telah menjadi ikon arsitektur modern.
Akan tetapi, di balik gemerlap masa kini, tersimpan sebuah narasi masa lalu yang jauh lebih kompleks. Kisah ini seringkali diselimuti misteri dan kesalahpahaman. Bagi kamu yang mendengar nama Al Ula, mungkin yang terlintas adalah kisah tentang “kota terkutuk” yang dihindari. Narasi ini memang memiliki dasar yang kuat dalam keyakinan dan sejarah Islam. Namun, narasi tersebut hanyalah satu babak dari sebuah buku sejarah yang sangat tebal.
Oleh karena itu, artikel ini akan membawamu dalam sebuah perjalanan untuk membuka setiap lembaran buku tersebut. Kami akan membedah tuntas setiap lapisan peradaban yang pernah berjaya di tanah ini. Tujuannya adalah agar kamu mendapatkan pemahaman yang utuh dan mendalam tentang Sejarah Al Ula, sehingga kamu bisa melihatnya sebagai museum terbuka yang penuh pelajaran berharga.
Membuka Tabir Waktu: Mengupas Lapisan-Lapisan Sejarah Al Ula
Untuk memahami Al Ula secara menyeluruh, kita tidak bisa melihatnya dari satu sudut pandang saja. Pada dasarnya, ia adalah sebuah palimpsest, yaitu naskah kuno yang ditulis berulang kali, di mana jejak tulisan lama masih terlihat. Inilah 5 lapisan peradaban utama yang membentuk identitasnya yang unik.
1. Era Kerajaan Dadan dan Lihyan (Sekitar Abad ke-9 hingga Abad ke-2 SM)
Jauh sebelum Hegra yang terkenal itu, Al Ula adalah ibu kota dari dua kerajaan Arab kuno yang sangat maju. Kerajaan tersebut adalah Dadan dan kemudian Lihyan. Karena lokasinya yang strategis di Jalur Perdagangan Dupa, kota ini menjadi pusat ekonomi yang makmur.
- Pusat Perdagangan: Para pedagang dari seluruh Jazirah Arab bertemu di sini. Mereka menukar kemenyan, mur, dan rempah-rempah yang sangat berharga. Tentu saja, kemakmuran ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan peradaban yang canggih.
- Makam Singa yang Ikonik: Salah satu peninggalan paling terkenal dari era ini adalah Makam Singa (Lion Tombs). Makam ini dipahat tinggi di tebing batu pasir berwarna merah. Ukiran singa yang gagah diyakini sebagai simbol kekuatan bagi para bangsawan yang dimakamkan di dalamnya.
2. Era Kaum Nabatean di Hegra (Sekitar Abad ke-1 SM hingga 106 M)
Inilah babak yang paling dikenal dunia. Setelah Kerajaan Lihyan runtuh, kaum Nabatean mengambil alih kekuasaan. Mereka adalah bangsa pedagang jenius yang juga membangun kota Petra yang legendaris di Yordania.
- Ibu Kota Kedua: Kaum Nabatean menjadikan Al Ula, yang mereka sebut Hegra (atau Madain Saleh), sebagai ibu kota kedua mereka. Akibatnya, Hegra berkembang pesat menjadi kota metropolis yang ramai.
- Situs Warisan Dunia UNESCO: Kejeniusan mereka terpahat abadi pada lebih dari 110 makam monumental yang diukir langsung pada tebing-tebing batu pasir. Karena keunikannya, Hegra menjadi situs pertama di Arab Saudi yang diakui sebagai Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2008.
3. Kisah Kaum Tsamud dalam Perspektif Islam
Selanjutnya, inilah lapisan sejarah yang paling sering dibicarakan. Kisah ini merujuk pada Kaum Tsamud, umat Nabi Saleh AS, yang menurut Al-Qur’an tinggal di wilayah Al-Hijr.
- Azab Akibat Kesombongan: Kaum Tsamud adalah bangsa yang sangat mahir memahat gunung menjadi tempat tinggal. Akan tetapi, kemajuan itu membuat mereka sombong dan menolak dakwah Nabi Saleh AS. Puncak pembangkangan mereka adalah saat mereka membunuh unta betina mukjizat. Akibatnya, Allah menimpakan azab berupa gempa bumi dan suara mengguntur yang membinasakan mereka.
- Adab Melintasi Tempat Azab: Karena wilayah ini pernah menjadi lokasi turunnya azab, Rasulullah SAW memberikan nasihat penting. Dalam sebuah riwayat, beliau menyarankan para sahabatnya untuk melintasinya dengan cepat sambil menangis atau setidaknya menampakkan rasa takut untuk mengambil pelajaran (ibrah).
4. Jejak Jalur Ziarah dan Al Ula Old Town
Setelah era kuno berlalu, Sejarah Al Ula tidak berhenti. Lokasinya yang strategis membuatnya menjadi salah satu pos peristirahatan penting di jalur ziarah dari Damaskus menuju Mekkah.
- Kota Tua yang Hidup: Untuk melayani para peziarah, sebuah kota baru yang kini dikenal sebagai Al Ula Old Town dibangun. Kota ini merupakan labirin dari lebih dari 900 rumah bata lumpur. Kehidupan terus berdenyut di sini selama berabad-abad hingga penduduk terakhir meninggalkannya pada tahun 1983.
5. Transformasi Modern: Visi 2030 dan Masa Depan Al Ula
Akhirnya, babak terbaru dalam sejarahnya adalah yang paling ambisius. Di bawah program Visi 2030 Arab Saudi, Al Ula sedang dikembangkan menjadi destinasi global terkemuka untuk pariwisata, seni, dan budaya.
- Destinasi Kelas Dunia: Kini, Al Ula bukan lagi tempat terpencil. Fasilitas modern seperti resor mewah, restoran kelas dunia, dan destinasi ikonik seperti Maraya Concert Hall telah dibangun. Pemerintah Saudi secara aktif mengundang dunia untuk datang dan menyaksikan keajaiban yang mereka miliki.
Tentu saja, memahami setiap jengkal sejarah yang rumit ini akan lebih mendalam dengan panduan yang tepat. Biro perjalanan berpengalaman seperti Al Khair Tour and Travel seringkali merancang itinerary khusus. Mereka tidak hanya menunjukkan keindahan visual, tetapi juga menceritakan kisah di baliknya. Hal ini akan membantu jemaah memahami konteks setiap situs dan adab melintasinya.
Sebagai kesimpulan, Sejarah Al Ula adalah sebuah mozaik yang kompleks. Ia adalah kisah tentang kemakmuran, kejeniusan, keimanan, kesombongan, azab, dan kini, kebangkitan. Dengan memahami semua babak ini, kita bisa melihat Al Ula bukan lagi sebagai “kota terkutuk”, melainkan sebagai sebuah universitas kehidupan yang pelajarannya terpahat abadi di atas batu pasir.