Data dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi mencatat sebuah fakta yang luar biasa. Setiap tahun, puluhan juta jemaah dari seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia, mengunjungi kota suci Mekkah dan Madinah. Perjalanan mereka tidak hanya terfokus pada ibadah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Sebaliknya, sebagian besar jemaah, dengan penuh antusiasme, juga menyempatkan diri untuk menapaktilasi jejak-jejak sejarah Rasulullah SAW. Di antara semua peninggalan sejarah, gunung-gunung batu yang kokoh berdiri menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa paling fundamental dalam pembentukan Islam.
Bagi kamu yang merindukan perjalanan yang lebih dari sekadar ritual, yang ingin merasakan langsung getaran iman dan perjuangan di masa lalu, maka mengenal gunung-gunung ini adalah sebuah keharusan. Ini bukanlah sekadar bebatuan tandus. Sebaliknya, setiap jabal (gunung) di tanah suci menyimpan kisah agung tentang wahyu, pengorbanan, cinta, dan ampunan. Mereka adalah perpustakaan alam yang halamannya terbuka bagi siapa saja yang ingin mengambil pelajaran.
Artikel ini akan menjadi panduan spiritualmu untuk menjelajahi 7 Jabal Arab Saudi yang paling ikonik dan sarat makna. Kami akan membawamu “mendaki” secara imajinatif, mengungkap setiap hikmah yang tersimpan di baliknya. Tujuannya agar perjalanan ibadahmu kelak menjadi lebih kaya, lebih dalam, dan lebih bermakna.
Menyingkap Tabir Waktu: Keagungan di Balik 7 Jabal Arab Saudi
Perjalanan ziarah ke Mekkah dan Madinah seringkali fokus pada ibadah utama. Akan tetapi, meluangkan waktu untuk mengunjungi situs-situs bersejarah ini akan memberikan dimensi baru pada pemahaman imanmu. Inilah 7 Jabal Arab Saudi yang menyimpan kisah-kisah abadi dan penuh hikmah.
1. Jabal Nur (Gunung Cahaya): Tempat Turunnya Wahyu Pertama
Ini adalah salah satu gunung paling penting dalam sejarah umat manusia. Jabal Nur bukanlah gunung yang ramah. Ia tandus, berbatu terjal, dan membutuhkan perjuangan fisik yang tidak ringan untuk mencapainya. Namun, di puncaknya terdapat sebuah tujuan yang mengubah arah sejarah dunia.
- Gua Hira yang Mungil: Di salah satu puncaknya, terdapat Gua Hira, sebuah ceruk kecil yang nyaris tak terlihat. Di sinilah Rasulullah Muhammad SAW sering menyendiri (uzlah) untuk bertafakur, jauh dari hiruk pikuk jahiliah masyarakat Mekkah.
- Titik Awal Kenabian: Di dalam gua inilah, pada suatu malam di bulan Ramadan, Malaikat Jibril AS datang dan menurunkan wahyu pertama: Surah Al-Alaq ayat 1-5. Di tempat ini, Muhammad bin Abdullah secara resmi diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul. Mendaki Jabal Nur (sebuah pengalaman yang menantang) adalah cara merasakan langsung secuil perjuangan fisik Rasulullah SAW untuk mendapatkan pencerahan.
2. Jabal Tsur (Gunung Banteng): Saksi Bisu Peristiwa Hijrah
Jika Jabal Nur adalah saksi dimulainya kenabian, maka Jabal Tsur adalah saksi dimulainya era baru Islam di Madinah. Gunung ini menjadi benteng perlindungan pertama dalam peristiwa Hijrah yang monumental.
- Persembunyian Tiga Hari: Di puncak gunung ini terdapat Gua Tsur. Di sinilah Rasulullah SAW dan sahabat setianya, Abu Bakar Ash-Siddiq RA, bersembunyi selama tiga hari tiga malam dari kejaran kaum kafir Quraisy.
- Kisah Keajaiban dan Kesetiaan: Kisah populer menceritakan bagaimana laba-laba membuat sarang dan burung merpati bertelur di mulut gua, mengelabui para pengejar. Namun, kisah yang paling menggetarkan adalah tentang dialog penuh iman di dalam gua, di mana Abu Bakar merasa khawatir, dan Rasulullah SAW menenangkannya dengan firman Allah, “Janganlah engkau berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. At-Taubah: 40). Jabal Tsur adalah monumen kesetiaan dan tawakal.
3. Jabal Uhud (Gunung yang Menyendiri): Monumen Cinta dan Kesyahidan
Gunung ini terletak di utara Madinah dan memiliki tempat yang sangat istimewa di hati Rasulullah SAW. Berbeda dengan gunung-gunung lain di Madinah yang sambung-menyambung, Jabal Uhud berdiri menyendiri.
- Lokasi Perang Besar: Di lembah gunung inilah terjadi Perang Uhud yang penuh pelajaran. Sebuah pertempuran di mana umat Islam sempat unggul namun akhirnya terpukul mundur karena ketidakpatuhan sebagian pasukan pemanah.
- Makam Sayyidus Syuhada: Di kaki gunung ini, 70 sahabat terbaik gugur sebagai syuhada, termasuk paman Nabi yang gagah berani, Hamzah bin Abdul Muthalib. Berziarah ke makam para syuhada Uhud adalah pengingat menyakitkan tentang pentingnya ketaatan pada pemimpin.
- Bukti Cinta Nabi: Rasulullah SAW bersabda, “Uhud adalah gunung yang mencintai kita, dan kita pun mencintainya.” (HR. Bukhari & Muslim). Ini adalah satu-satunya gunung yang secara eksplisit dinyatakan memiliki ikatan emosional dengan Rasulullah.
4. Jabal Rahmah (Bukit Kasih Sayang): Titik Pertemuan dan Ampunan
Secara teknis, ini adalah sebuah bukit kecil yang terletak di padang Arafah. Namun, perannya dalam sejarah manusia dan ritual haji sangatlah fundamental.
- Pertemuan Adam dan Hawa: Menurut riwayat sejarah, di puncak bukit inilah Nabi Adam AS dan Siti Hawa dipertemukan kembali oleh Allah SWT setelah ratusan tahun terpisah pasca diturunkan dari surga. Jabal Rahmah, oleh karena itu, adalah simbol ampunan dan harapan baru.
- Lokasi Khotbah Wada’: Yang lebih penting secara syar’i, di area sekitar Jabal Rahmah inilah Rasulullah SAW menyampaikan khotbah terakhirnya saat Haji Wada’ (Haji Perpisahan). Khotbah monumental ini berisi pesan-pesan universal tentang kesetaraan manusia, hak-hak perempuan, dan penyempurnaan ajaran Islam.
5. Jabal Shafa: Titik Awal Perjuangan Sa’i
Shafa adalah sebuah bukit kecil yang kini berada sepenuhnya di dalam bangunan Masjidil Haram. Meskipun bentuk fisiknya sudah tidak seperti gunung, nilai sejarahnya abadi.
- Awal Mula Ritual Sa’i: Di atas bukit inilah Siti Hajar memulai perjuangannya. Beliau berlari-lari kecil mencari air untuk putranya yang kehausan, Nabi Ismail AS. Langkah pertama dari Shafa adalah langkah yang didasari oleh cinta seorang ibu dan kepasrahan total kepada Allah.
6. Jabal Marwa: Ujung Penantian dan Harapan
Marwa adalah bukit kecil di ujung lain dari lintasan Sa’i, yang juga sudah berada di dalam Masjidil Haram.
- Akhir dari Penantian: Siti Hajar berlari bolak-balik antara Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali dalam kepanikan dan harapannya. Di akhir putaran ketujuhnya di Marwa, Allah SWT akhirnya mengabulkan doanya dengan memancarkan mata air Zamzam dari bawah kaki Nabi Ismail AS. Shafa dan Marwa adalah simbol dari ikhtiar (usaha) manusia yang harus selalu diiringi dengan tawakal.
7. Jabal Abu Qubays: Saksi Sejarah di Samping Ka’bah
Gunung ini menjulang kokoh tepat di sebelah timur Ka’bah, menjadikannya saksi utama dari setiap peristiwa yang terjadi di Masjidil Haram.
- Gunung Pertama di Bumi: Dalam beberapa riwayat (meskipun statusnya perlu dikaji), Jabal Abu Qubays diyakini sebagai gunung pertama yang diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi.
- Penyimpan Hajar Aswad: Sejarah mencatat bahwa saat terjadi banjir di zaman Nabi Nuh AS, Hajar Aswad yang mulia disimpan di dalam gunung ini agar aman. Malaikat Jibril-lah yang kemudian memberitahukan lokasinya kepada Nabi Ibrahim AS saat membangun kembali Ka’bah.
Tentu saja, membaca kisah-kisah ini sudah sangat menggetarkan jiwa. Akan tetapi, mengunjungi dan melihat langsung jejak-jejak sejarah ini adalah sebuah pengalaman yang sama sekali berbeda. Memahami rute, sejarah, dan adab di setiap lokasi membutuhkan panduan yang tidak hanya tahu jalannya, tetapi juga memahami makna di baliknya. Inilah mengapa biro perjalanan berpengalaman seperti Al Khair Tour and Travel selalu memasukkan ziarah ke tempat-tempat penting ini dalam program mereka. Dengan bimbingan mutawwif yang ahli, perjalananmu tidak hanya menjadi wisata, tetapi sebuah ziarah keilmuan yang mendalam.
Sebagai kesimpulan, setiap gunung di tanah Arab Saudi memiliki ceritanya sendiri. Mereka bukan sekadar formasi geologis. Sebaliknya, mereka adalah pilar-pilar yang menopang sejarah besar peradaban Islam. Mengunjungi 7 Jabal Arab Saudi ini adalah sebuah perjalanan untuk mengisi kembali baterai iman, mengingatkan kita akan pengorbanan, ketaatan, dan cinta yang tanpa batas. Ini adalah pelajaran sejarah yang terpahat abadi di atas batu, menanti untuk kamu datangi dan ambil hikmahnya.