Di dalam kompleks suci Masjid Al-Aqsa, di antara pilar-pilar kuno dan di bawah kubah yang agung, berdiri sebuah mahakarya yang bukan sekadar perabot. Ia adalah saksi bisu sejarah, sebuah simbol kemenangan, sekaligus bukti ketangguhan iman yang tak lekang oleh waktu. Inilah Mimbar Salahuddin, sebuah mimbar yang kisahnya jauh lebih besar dari sekadar kayu dan ukiran. Hingga kini, pesona dan maknanya tidak pernah pudar, bahkan semakin relevan sebagai pengingat akan warisan agung peradaban Islam.
Artikel ini akan membawa Anda menelusuri perjalanan panjang mimbar legendaris ini. Mulai dari visi pembuatnya, tragedi yang menghancurkannya, hingga proses kelahiran kembali yang mengagumkan dan maknanya di era modern.
Sejarah Agung di Balik Mimbar: Visi Nuruddin Zanki
Meskipun menyandang nama Salahuddin Al-Ayyubi, sejarah mimbar ini sejatinya dimulai dari visi seorang pemimpin besar sebelumnya, yaitu Sultan Nuruddin Mahmud Zanki. Pada pertengahan abad ke-12, pemimpin visioner dari Dinasti Zankiyah di Aleppo ini memendam sebuah mimpi besar, yaitu membebaskan Yerusalem dari cengkeraman Tentara Salib.
Sebagai wujud dari keyakinan dan cita-citanya, Nuruddin Zanki memerintahkan para pengrajin terbaik di Aleppo untuk membuat sebuah mimbar yang tiada duanya. Rencananya, mimbar inilah yang akan ia letakkan di dalam Masjid Al-Aqsa setelah Yerusalem berhasil direbut kembali. Para pengrajin, di bawah pimpinan Akhtarini, bekerja selama bertahun-tahun untuk menciptakan sebuah mahakarya seni Islam dengan detail yang luar biasa:
- Material Pilihan: Mereka menggunakan kayu aras pilihan dari Lebanon dan kayu eboni yang diimpor. Selain itu, hiasan dari gading dan material berharga lainnya menambah keindahannya.
- Teknik Tasyir (Interlocking): Hal yang paling menakjubkan adalah teknik perakitannya. Ribuan potongan kayu dipasang saling mengunci tanpa menggunakan paku atau lem sedikit pun. Teknik ini menunjukkan puncak keahlian geometri dan pertukangan pada masanya.
- Ukiran Kaligrafi dan Geometris: Seluruh permukaan mimbar dihiasi ukiran kaligrafi Kufi yang indah, berisi ayat-ayat Al-Qur’an dan pujian kepada Allah. Pola geometris Islam yang rumit juga melambangkan keteraturan alam semesta ciptaan-Nya.
Sayangnya, Sultan Nuruddin Zanki wafat pada tahun 1174 sebelum sempat mewujudkan mimpinya. Namun, visinya tidak pernah mati. Visi itu kemudian diwariskan kepada murid sekaligus penerusnya yang paling cemerlang, Salahuddin Al-Ayyubi.
Simbol Kemenangan dan Penyatuan Umat
Pada tahun 1187, Salahuddin Al-Ayyubi berhasil memimpin pasukannya membebaskan Yerusalem. Setelah membersihkan kembali Masjid Al-Aqsa, salah satu tindakan pertamanya adalah menunaikan amanah dari gurunya. Oleh karena itu, ia memerintahkan agar mimbar agung yang telah menunggu di Aleppo selama lebih dari dua dekade itu dibawa ke Yerusalem.
Perjalanan membawa mimbar tersebut menjadi sebuah prosesi kemenangan. Ketika akhirnya ditempatkan di sisi kanan mihrab Masjid Al-Qibli, itu bukan sekadar menempatkan sebuah furnitur, melainkan sebuah deklarasi agung. Penempatan Mimbar Salahuddin di Al-Aqsa adalah simbol dari:
- Tertunainya Visi: Mimpi besar Nuruddin Zanki telah menjadi kenyataan.
- Kembalinya Izzah Islam: Setelah 88 tahun, khutbah Jumat kembali berkumandang dari mimbar agung di masjid suci ketiga umat Islam.
- Persatuan Umat: Mimbar yang dibuat di Suriah, oleh seorang pemimpin berketurunan Turki, untuk ditempatkan di Palestina oleh seorang pemimpin Kurdi, menjadi manifestasi nyata dari persatuan umat Islam saat itu.
Selama lebih dari 800 tahun, mimbar ini menjadi saksi jutaan sujud, ribuan khutbah, dan berbagai pasang surut sejarah yang melanda Yerusalem.
Tragedi 21 Agustus 1969: Api yang Melahap Sejarah
Pada pagi hari tanggal 21 Agustus 1969, dunia Islam dikejutkan oleh berita yang memilukan. Seorang ekstremis Zionis asal Australia, Denis Michael Rohan, dengan sengaja membakar Masjid Al-Aqsa. Api melalap bagian tenggara masjid, merusak atap perak, kubah, dan yang paling menyakitkan, melahap Mimbar Salahuddin hingga menjadi abu.
Akibatnya, hanya beberapa potongan kecil yang hangus yang tersisa dari mahakarya berusia delapan abad itu. Kehancuran mimbar ini bukan sekadar kehilangan artefak, melainkan sebuah luka yang dalam bagi umat Islam di seluruh dunia. Peristiwa tragis ini kemudian memicu kemarahan global dan menjadi pendorong utama terbentuknya Organisasi Konferensi Islam (OKI), yang kini dikenal sebagai Organisasi Kerja Sama Islam.
Kelahiran Kembali: Proyek Rekonstruksi yang Mengagumkan
Akan tetapi, kehancuran ini tidak menjadi akhir dari kisahnya. Sebaliknya, ia menjadi awal dari sebuah babak baru yang menunjukkan ketahanan dan kecintaan umat pada warisannya. Segera setelah tragedi itu, Raja Hussein dari Yordania bersumpah untuk membangun kembali mimbar tersebut persis seperti aslinya.
Tentu saja, ini bukanlah tugas yang mudah karena tidak ada cetak biru asli yang tersisa. Para ahli harus bekerja dari foto-foto hitam putih lama, beberapa sketsa, dan potongan-potongan kecil yang selamat. Proses rekonstruksi ini menjadi salah satu proyek restorasi paling teliti dalam sejarah modern:
- Studi Mendalam: Sebuah tim internasional dari Yordania, dibantu pakar dari Mesir, Turki, Indonesia, Maroko, dan negara lain, menghabiskan waktu bertahun-tahun hanya untuk mempelajari desain dan teknik mimbar asli.
- Teknologi dan Keahlian Tradisional: Para ahli memang memanfaatkan teknologi komputer untuk membuat model 3D yang presisi. Namun, pengerjaannya sepenuhnya mengandalkan keahlian tangan para pengrajin menggunakan teknik tasyir yang sama seperti 800 tahun lalu.
- Material Otentik: Kayu kenari (sebagai pengganti aras yang langka) dan material lainnya dipilih dengan cermat untuk memastikan kualitas dan keasliannya.
- Pusat Pengerjaan di Yordania: Sebuah lokakarya khusus didirikan di Universitas Al-Balqa’, Yordania. Di sanalah para pengrajin terbaik bekerja selama bertahun-tahun untuk menciptakan kembali lebih dari 16.500 potongan kayu yang saling mengunci.
Setelah puluhan tahun kerja keras, pada Januari 2007, replika sempurna dari Mimbar Salahuddin akhirnya selesai. Mimbar itu kemudian dipasang kembali di lokasi aslinya di Masjid Al-Aqsa. Kini, mimbar baru tersebut bukan lagi sekadar replika, melainkan simbol kebangkitan. Ia berdiri dengan megah, seolah-olah menyatakan bahwa api bisa membakar kayu, tetapi tidak akan pernah bisa membakar semangat, iman, dan sejarah.
Makna Filosofis Mimbar Salahuddin di Era Modern
Di tengah kompleksitas situasi di Yerusalem hari ini, keberadaan Mimbar Salahuddin memiliki makna yang lebih dalam.
- Simbol Persatuan dan Kolaborasi: Proses rekonstruksinya yang melibatkan banyak negara Islam adalah bukti nyata bahwa dengan persatuan, umat dapat membangun kembali apa yang telah hilang.
- Simbol Ketahanan dan Harapan: Kisahnya adalah metafora yang kuat. Dari abu kehancuran, lahir kembali sebuah mahakarya yang membawa pesan harapan.
- Warisan Seni dan Ilmu Pengetahuan: Mimbar ini adalah bukti hidup kejeniusan peradaban Islam dalam bidang matematika, geometri, dan seni pertukangan yang harus terus dilestarikan.
- Pengingat Sejarah yang Abadi: Bagi setiap jamaah, mimbar ini adalah pengingat konstan akan era kepemimpinan yang adil, visi yang agung, dan semangat pembebasan yang pernah menyatukan umat.
Pada akhirnya, Mimbar Salahuddin bukan hanya tentang masa lalu; ia adalah pesan untuk masa kini dan masa depan. Sebuah pesan bahwa warisan besar tidak akan pernah bisa dihancurkan selama ia hidup dalam ingatan dan karya nyata generasi penerusnya.
Wujudkan Impian Anda Mengunjungi Al-Aqsa Bersama Al Khair Tour and Travel
Membaca kisah agung Mimbar Salahuddin tentu membangkitkan kerinduan untuk menyaksikannya secara langsung. Merasakan kekhusyukan shalat di Masjid Al-Aqsa dan berdiri di tempat para nabi pernah berada adalah impian setiap Muslim.
Kini, impian itu bisa menjadi kenyataan.
Al Khair Tour and Travel adalah biro perjalanan wisata Anda yang terpercaya dan berpengalaman, khusus dalam menyelenggarakan perjalanan spiritual ke Baitul Maqdis. Kami tidak hanya menawarkan paket wisata, tetapi sebuah perjalanan iman yang akan memperkaya jiwa Anda.
Mengapa Memilih Al Khair Tour and Travel?
- Spesialis Destinasi Suci: Kami memiliki pemahaman mendalam tentang sejarah, adab, dan keutamaan berziarah ke Masjid Al-Aqsa.
- Pembimbing Profesional: Perjalanan Anda akan didampingi oleh pembimbing (mutawwif) berilmu yang siap membagikan kisah-kisah inspiratif di setiap lokasi.
- Paket Perjalanan Komprehensif: Kami menyediakan paket lengkap mencakup tiket pesawat, akomodasi, transportasi, makanan halal, serta pengurusan visa.
- Pengalaman Spiritual Mendalam: Program kami dirancang untuk memaksimalkan ibadah Anda, dengan jadwal yang memungkinkan Anda untuk shalat lima waktu di Masjid Al-Aqsa.
Jangan biarkan kisah Mimbar Salahuddin hanya menjadi bacaan. Jadikan ia sebagai undangan untuk melangkahkan kaki Anda ke tanah para nabi.
Hubungi Al Khair Tour and Travel sekarang juga untuk konsultasi dan informasi paket perjalanan Al-Aqsa terbaru!