Mahkota Marmer di Pelataran Al-Aqsa: Kisah dan Keindahan Mimbar Burhanuddin

Daftar isi

Saat mata peziarah tertuju pada kompleks Al-Haram asy-Syarif di Yerusalem, dua bangunan ikonik biasanya langsung menyita perhatian: Kubah Batu (Dome of the Rock) yang berkilau keemasan dan Masjid Al-Aqsa (Masjid Qibli) dengan kubah peraknya yang anggun. Namun, di pelataran suci yang luas ini, tersebar puluhan monumen, kubah, dan struktur lain yang masing-masing menyimpan cerita dan sejarahnya sendiri. Sayangnya, banyak dari “permata tersembunyi” ini seringkali terlewatkan.

Salah satu permata terindah yang berdiri dengan anggun di pelataran tersebut adalah Mimbar Burhanuddin. Ini bukanlah mimbar utama yang berada di dalam Masjid Al-Aqsa. Sebaliknya, ini adalah sebuah mimbar marmer yang berdiri sendiri di ruang terbuka, sebuah mahakarya arsitektur yang seringkali membuat pengunjung bertanya-tanya tentang fungsi dan sejarahnya.

Artikel ini akan menjadi panduan Anda untuk mengenal lebih dekat Mimbar Burhanuddin. Kita akan menelusuri lokasinya, mengungkap kisah di balik namanya, memahami fungsi uniknya yang jenius, dan mengagumi setiap detail keindahan arsitekturnya. Inilah cerita tentang sebuah mahkota marmer di jantung tanah suci.

 

Lokasi dan Identitas: Menemukan Mimbar Burhanuddin

Untuk menemukan Mimbar Burhanuddin, Anda harus berada di pelataran atas kompleks, yaitu di area yang sama dengan Kubah Batu. Lokasi tepatnya berada di sisi selatan pelataran, di dekat puncak tangga yang menurun menuju halaman Masjid Al-Aqsa (Masjid Qibli). Posisinya sangat strategis, menghadap langsung ke arah Masjid Al-Aqsa.

Penting untuk membedakannya dari dua mimbar lain yang lebih terkenal:

  1. Mimbar Shalahuddin Al-Ayyubi: Mimbar legendaris yang terbakar pada tahun 1969.
  2. Mimbar replika: Mimbar yang saat ini berada di dalam Masjid Al-Aqsa, menggantikan mimbar yang terbakar.

Mimbar Burhanuddin, sebaliknya, adalah struktur yang sepenuhnya terpisah, berada di luar ruangan, dan terbuat seluruhnya dari pualam dan marmer.

 

Sejarah di Balik Nama: Kisah Burhanuddin bin Jama’ah

Setiap nama di kompleks Al-Aqsa memiliki cerita. Nama mimbar ini berasal dari sosok pembangunnya, seorang ulama dan hakim terkemuka pada masanya.

Dibangun pada Era Mamluk

Mimbar ini adalah peninggalan agung dari era Kesultanan Mamluk, sebuah periode (1250-1517 M) yang dikenal karena kemajuan arsitektur Islam yang luar biasa di Mesir, Suriah, dan Palestina. Para sultan dan amir Mamluk gemar membangun dan merenovasi bangunan di Yerusalem, meninggalkan jejak karya seni yang indah, dan mimbar ini adalah salah satu contoh terbaiknya.

Sang Qadi dan Pembangun

Struktur ini dibangun pada tahun 790 Hijriah (sekitar 1388 Masehi) atas perintah seorang Qadi al-Qudat (Hakim Agung) Yerusalem bernama Burhanuddin bin Jama’ah. Beliau adalah seorang tokoh yang sangat dihormati. Pembangunan mimbar ini menunjukkan tidak hanya kedermawanannya, tetapi juga pemahamannya yang mendalam tentang kebutuhan praktis para jamaah di kompleks suci tersebut.

Sentuhan Renovasi Ottoman

Seiring berjalannya waktu, mimbar ini terus dirawat. Catatan sejarah menunjukkan bahwa ia mengalami renovasi pada era Kesultanan Utsmaniyah, khususnya pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II. Hal ini membuktikan bahwa fungsi dan keindahan mimbar ini terus dihargai selama berabad-abad.

 

Fungsi Unik: Mimbar Musim Panas (Minbar As-Saif)

Inilah aspek yang paling menarik dan jenius dari Mimbar Burhanuddin. Fungsinya bukanlah untuk menggantikan mimbar utama, melainkan untuk melengkapinya. Mimbar ini dikenal sebagai Minbar as-Saif, atau Mimbar Musim Panas.

Yerusalem, terutama pada musim panas, dapat mengalami suhu yang sangat tinggi. Pada hari Jumat, Masjid Al-Aqsa akan dipenuhi oleh ribuan jamaah. Kondisi di dalam ruangan bisa menjadi sangat panas dan pengap. Untuk mengatasi hal ini, tercetuslah ide cemerlang: memindahkan pelaksanaan khutbah Jumat ke ruang terbuka yang lebih sejuk dan luas.

Bayangkan pemandangan ini: Ribuan jamaah menggelar sajadah mereka di pelataran batu yang luas, di antara Kubah Batu dan Masjid Al-Aqsa. Kemudian, khatib akan naik ke atas Mimbar Burhanuddin yang anggun ini. Dari sana, suara beliau akan menggema menyampaikan khutbah di bawah langit terbuka, dengan angin sepoi-sepoi yang memberikan kenyamanan. Ini adalah solusi praktis yang menunjukkan bagaimana arsitektur Islam tidak hanya indah, tetapi juga sangat fungsional dan adaptif terhadap lingkungan.

 

Mengagumi Detail Arsitektur Sang “Mahkota Marmer”

Secara visual, Mimbar Burhanuddin adalah sebuah karya seni yang memanjakan mata. Setiap detailnya dibuat dengan presisi dan cita rasa seni yang tinggi.

Material dan Ukiran

Mimbar ini seluruhnya terbuat dari marmer dan batu pualam pilihan, memberikannya warna putih yang bersih dan elegan. Dinding-dindingnya dihiasi dengan ukiran pola geometris dan sulur-sulur tanaman yang rumit, sebuah ciri khas seni dekoratif Mamluk.

Lengkungan Tapal Kuda dan Tangga Anggun

Pintu masuk menuju tangga mimbar berbentuk lengkungan tapal kuda yang indah, sebuah elemen arsitektur Islam yang sangat populer. Anak tangganya yang berjumlah sedikit menanjak dengan anggun menuju tempat duduk khatib.

Kubah Mungil yang Ikonik

Bagian paling mencolok dari mimbar ini adalah atapnya. Tempat duduk khatib dinaungi oleh sebuah kubah mungil yang indah, yang ditopang oleh tiang-tiang marmer yang ramping. Bentuk kubah inilah yang membuatnya seringkali dijuluki sebagai “Mahkota Marmer” di pelataran Al-Aqsa.

 

Menemukan Permata Tersembunyi Al-Aqsa Bersama Pemandu Ahli

Seorang peziarah yang datang sendirian ke kompleks Al-Aqsa yang luas mungkin akan dengan mudah berjalan melewati Mimbar Burhanuddin. Mungkin mereka akan mengaguminya sejenak sebagai hiasan yang indah, namun tanpa memahami cerita, fungsi, dan sejarah yang terkandung di dalamnya. Pengalaman ziarah mereka pun menjadi kurang lengkap.

Di sinilah peran penting seorang pemandu perjalanan (mutawwif) yang berpengetahuan. Seorang pemandu yang baik tidak hanya akan membawa Anda ke Kubah Batu atau Masjid Al-Aqsa. Mereka akan mengajak Anda berhenti sejenak, duduk di dekat mimbar ini, dan mulai bercerita. Mereka akan menghidupkan kembali suasana khutbah musim panas ratusan tahun yang lalu.

Al Khair Tour and Travel Biro Perjalanan memahami bahwa esensi dari sebuah ziarah adalah pemahaman dan kekhusyukan. Oleh karena itu, kami memastikan bahwa perjalanan Anda lebih dari sekadar kunjungan biasa.

 

Melihat yang Tak Terlihat dalam Paket Trip Perjalanan Bumi Para Nabi

Dalam Paket Trip Perjalanan Bumi Para Nabi kami, kunjungan ke kompleks Al-Aqsa dirancang secara komprehensif. Pemandu ahli kami akan secara khusus mengajak Anda untuk:

  • Mengidentifikasi Mimbar Burhanuddin dan membedakannya dari mimbar lain.
  • Menjelaskan fungsinya sebagai mimbar musim panas dan menceritakan kisah Qadi Burhanuddin bin Jama’ah.
  • Menunjukkan detail-detail ukiran Mamluk dan menjelaskan ciri khas arsitekturnya.

Detail-detail seperti inilah yang mengubah perjalanan Anda dari sekadar tur foto menjadi sebuah studi lapangan sejarah dan spiritual yang memperkaya jiwa. Ini adalah tentang melihat apa yang tidak dilihat oleh orang banyak.

 

Kesimpulan: Mimbar Burhanuddin, Saksi Bisu Khutbah di Terik Siang

Mimbar Burhanuddin mungkin kecil ukurannya jika dibandingkan dengan bangunan-bangunan raksasa di sekitarnya. Akan tetapi, ia adalah saksi bisu yang agung dari ribuan khutbah Jumat yang pernah menggema di pelataran suci ini. Ia adalah monumen yang bercerita tentang adaptasi, kepraktisan, dan seni arsitektur Islam pada puncak kejayaannya.

Lain kali Anda melihat gambar kompleks Al-Aqsa, carilah “mahkota marmer” kecil ini. Dan jika Anda diberi rezeki untuk berkunjung, jangan lupa untuk berhenti sejenak dan merenungkan kisahnya. Untuk memastikan Anda tidak melewatkan satu pun permata tersembunyi di Tanah Suci, percayakan perjalanan Anda kepada ahlinya. Hubungi Al Khair Tour and Travel Biro Perjalanan dan biarkan kami memandu Anda dalam sebuah ziarah yang membuka mata dan hati.

Bagikan

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
X
Threads
Email

Artikel Terkait