Trip Perjalanan Al Aqsa: Kisah Perjalanan Hati Menuju Kiblat Pertama

Daftar isi

Ada perjalanan yang dimulai dengan tiket pesawat. Namun, ada perjalanan yang dimulai jauh di dalam hati, dari sebuah kerinduan yang ditanam bertahun-tahun. Inilah kisah tentang yang kedua: sebuah trip perjalanan Al Aqsa.

Bagi banyak orang, nama Al Aqsa dan Yerusalem adalah berita utama di televisi. Tapi bagi kami, itu adalah panggilan. Sebuah keinginan untuk menjejak tanah yang sama di mana para nabi pernah berjalan, dan bersujud di kiblat pertama umat Islam.

Kisah ini dimulai bukan di bandara, tapi saat kaki kami pertama kali menginjak batu-batu kuno Kota Tua Yerusalem.

 

Bab 1: Gerbang Kota Tua dan Jantung yang Berdebar

Udara pagi di Yerusalem terasa sejuk dan magis. Kami berjalan beriringan melewati gerbang kota tua. Jalanan sempit yang terbuat dari batu kapur itu seakan berbisik, menceritakan ribuan tahun sejarah yang telah ia saksikan.

Langkah kami semakin cepat, tak sabar. Setiap belokan terasa seperti labirin yang mendekatkan kami pada harta karun. Kemudian, dari sebuah celah di antara bangunan, kami melihatnya. Kilauan emas itu. Jantung kami berdebar. Kami tahu kami sudah dekat.

 

Bab 2: Pertemuan Pertama dengan Kubah Emas (Qubbat As-Sakhra)

Saat kami melangkah masuk ke pelataran suci Al-Haram Asy-Syarif, dunia seakan berhenti berputar. Pelataran itu begitu luas, begitu tenang, kontras dengan lorong-lorong pasar yang ramai di luarnya.

Dan di sanalah ia berdiri, megah di tengah pelataran: Qubbat As-Sakhra atau Dome of the Rock. Banyak yang salah mengira ini adalah Masjid Al Aqsa. Namun, bangunan segi delapan dengan kubah emas yang ikonik ini adalah sebuah monumen. Dibangun untuk melindungi batu suci tempat Nabi Muhammad SAW berpijak sebelum Mi’raj ke langit.

Kami terpaku. Keindahannya, detail mozaiknya, dan auranya benar-benar menggetarkan jiwa. Kami duduk sejenak di pelataran, hanya untuk memandangnya dan membiarkan rasa haru itu mengalir.

 

Bab 3: Sujud di Masjid Al-Qibli (Masjid Al Aqsa Sebenarnya)

Setelah menenangkan hati, kami berjalan ke arah selatan pelataran. Di sinilah tujuan utama kami berada: Masjid Al-Qibli, atau yang sesungguhnya disebut Masjid Al Aqsa. Bangunan ini lebih sederhana, dengan kubah berwarna abu-abu keperakan, namun di sinilah letak kemuliaan itu.

Ini adalah bangunan utama tempat shalat berjamaah. Saat kami melangkah masuk, perasaan sejuk dan damai langsung menyergap. Ruangannya luas, ditopang pilar-pilar kuno. Kami segera mengambil saf, dan melaksanakan shalat sunnah tahiyatul masjid.

Sujud di tempat itu… rasanya berbeda. Ada rasa syukur yang luar biasa. Ini adalah kiblat pertama kami. Ini adalah tempat di mana para nabi pernah shalat. Air mata tak terbendung. Ini adalah puncak dari trip perjalanan Al Aqsa yang kami impikan.

 

Bab 4: Kisah di Setiap Sudut Pelataran

Perjalanan kami tidak berhenti di situ. Setiap jengkal Al-Haram Asy-Syarif adalah sejarah. Kami menyusuri pohon-pohon zaitun tua yang akarnya seakan mencengkeram sejarah. Kami melihat mimbar Shalahuddin Al-Ayyubi dan ruang-ruang bawah tanah yang menakjubkan.

Setiap langkah adalah sebuah cerita. Setiap batu adalah saksi. Ini bukan sekadar kunjungan wisata, ini adalah ziarah yang mengisi ulang spiritualitas kami.


 

Merangkai Kisah Perjalanan Anda Sendiri

Sebuah trip perjalanan Al Aqsa adalah impian spiritual yang mendalam. Namun, harus diakui, merencanakannya seorang diri bisa jadi sangat rumit. Logistik perjalanan, izin masuk, akomodasi di Yerusalem, dan pemandu yang mengerti sejarah sekaligus kebutuhan ibadah, bukanlah hal yang mudah.

Perjalanan suci ini membutuhkan penanganan khusus agar kekhusyukan Anda tidak terganggu oleh urusan teknis.

Di sinilah peran Al Khair Tour and Travel menjadi sangat penting. Sebagai Biro Jasa Perjalanan yang berpengalaman, mereka tidak hanya menjual tiket dan hotel. Mereka merangkai sebuah kisah perjalanan untuk Anda. Mereka memahami kerinduan Anda.

Al Khair Tour and Travel mengurus semua detail rumit itu, menyediakan pembimbing yang berilmu, dan memastikan setiap langkah Anda di Tanah Suci berjalan lancar. Sehingga, Anda bisa fokus pada satu hal: beribadah dan merasakan setiap detik keajaiban di Al Aqsa.

 

Penutup: Sebuah Perjalanan yang Mengubah Hati

Pulang dari Al Aqsa adalah sebuah perasaan yang aneh. Sebagian dari hati kami terasa tertinggal di sana. Yerusalem mengubah kami. Perjalanan ini bukan akhir, tapi awal dari kerinduan yang baru untuk kembali.

Bagi Anda yang juga menyimpan rindu itu, percayalah, perjalanan ini layak diperjuangkan.

Bagikan

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
X
Threads
Email

Artikel Terkait